Sabtu, 25 Mei 2013

Laporan Praktikum Ilmu Ternak Ruminansia



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ternak ruminansia adalah ternak atau  hewan yang memiliki empat buah lambung dan mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung kemulut untuk dimamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau, kambing, serta domba (Ardianto, 2012).
Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum. Selain itu hewan ruminansia juga memamah makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak (Apik, 2011).
Hewan memamah biak (ruminansia) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan yang mencerna makanannya dalam dua langkah, pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik), atau secara umum biasa dikatakan berperut banyak (Hidayah, 2011).
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi), untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali (proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice (Junaedi, 2011).
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau, dan kambing disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain (Tim Dosen dan Asisten, 2012).
Hewan ruminansia memiliki seperangkat alat pencernaan seperti rongga mulut (gigi) pada hewan ruminansia terdapat gigi gerahan yang besar yang berfungsi untuk menggiling dan menggilas serta mengunyah rerumputan yang mengandung selulosa yang sulit dicerna (Hasanah, 2011).
Lambung hewan ruminansia terdiri atas lambung pengunyah, yaitu rumen (perut besar) dan retikilum (perut jala), serta lambung kelenjar yaitu omasum (perut kitab) dan abomasum (perut masam). Abomasum merupakan lambung sesungguhnya yang juga dimiliki mamalia lainnya (Hasanah, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dibutuhkan sebuah praktikum untuk mengetahui bagaimana susunan alat pencernaan ternak ruminansia yaitu khususnya ternak sapi dan kambing, serta bagaimana fungsi atau peranan dari alat pencernaan ternak ruminansia tersebut.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi sistem pencernaan ternak ruminansia (sapi dan kambing) serta fungsinya.
C.    Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah untuk membantu mahasiswa memahami sistem pencernaan ternak ruminansia (sapi dan kambing) serta membedakan sistem pencernaanya dengan ternak non ruminansia.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Gambaran Umum Ternak Sapi
Sapi adalah hewan ternak anggota familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi merupakan binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, dan bertubuh besar. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, dan tanduknya juga kemudian dimanfaatkan. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai untuk membantu bercocok tanam, seperti menarik gerobak atau bajak (Anonim, 2011).
Ternak sapi saat ini merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal sebagai Auerochse atau Urochse (bahasa Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos primigenius), yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Sapi ternak meski banyak jenisnya tetapi umumnya digolongkan menjadi satu spesies saja (Anonim, 2011).
Sapi sebagai hewan ternak belum bisa diketahui secara pasti kapan mulai diternakkan, sebab setiap daerah atau negara mempunyai perkembangan yang berbeda. Mesir misalnya, 8.000 tahun sebelum masehi telah mengenal sapi piaraan; demikian pula Mesopotamia dan India. Tetapi di daerah Eropa dan Cina baru pada kurang lebih 6.000 tahun sebelum masehi (Aak, 1991).
Menurut Aak (1991), sapi-sapi yang sekarang ada, dan tersebar hampir di seluruh permukaan bumi ini berasal dari sapi-sapi jenis primitif. Sapi-sapi jenis primitif tersebut adalah golongan :
1.      Bos sondaicus (Bos Banteng), golongan ini merupakan sumber asli sapi-sapi Indonesia.
2.      Bos Indicus adalah Zebu (sapi berponok) inilah yang sekarang berkembang di India dan sebagian di Indonesia. Contoh : Sapi ongole dan American Brahman.
3.      Bos Taurus adalah jenis sapi yang menjadi sapi potong dan perah di Eropa. Golongan tersebut kini telah tersebar di seluruh permukaan bumi, termasuk Indonesia.
            Ternak sapi merupakan ternak terpenting dari jenis-jenis ternak yang dipelihara manusia, sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Ternak sapi menghasilkan sekitar 95% kebutuhan susu, 50% kebutuhan daging dan kulitnya sekitar 85% kebutuhan untuk sepatu, tas, dan sebagainnya(Wawang, 2008).
            Ternak sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl : 80
تَسْتَخِفُّونَهَا بُيُوتًا الْأَنْعَامِ جُلُودِ مِنْ لَكُمْ وَجَعَلَ سَكَنًا كُمْبُيُوتِ مِنْ لَكُمْ جَعَلَ وَاللَّهُ
حِينٍ إِلَىٰ وَمَتَاعًا أَثَاثًا وَأَشْعَارِهَا وَأَوْبَارِهَا أَصْوَافِهَا وَمِنْ ۙإِقَامَتِكُمْ وَيَوْمَ
حِينٍ إِلَىٰ
 Terjemahan :
            Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)” (Qs. An-Nahl : 80).
                Dari surah An-Nahl : 80 di atas dijelas bahwa dari seekor ternak memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan manusia diantaranya yaitu kulitnya yang dapat dimanfaat sebagai rumah (kemah-kemah), alat-alat rumah tangga dan perhiasan (pakaian).
            Kemudian dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan nikmat-nikmat yang dianugerahkan Nya kepada manusia untuk dijadikan tanda keesaan Nya. Allah menganugerahkan rumah bagi manusia. Rumah-rumah itu tidak hanya tempat tinggal atau berlindung dari hujan dan panas tetapi juga rumah itu menciptakan suasana aman damai dan tenteram serta menumbuhkan kasih sayang dan rasa kesetiaan di antara penghuninya. Dari rumah tangga yang baik, lahir manusia yang baik. Agama Islam menetapkan aturan untuk menjamin kehormatan rumah tempat diam. Dilarang seorang manusia masuk ke rumah orang lain, sebelum memberi salam kepadanya atau meminta izin dari penghuninya, meskipun dia petugas negara tanpa alasan yang dibenarkan. Tidak dibenarkan seseorang memeriksa rumah orang lain dengan alasan apapun, tidak boleh mengintai-intai penghuninya sehingga menimbulkan kurang aman bagi keluarga rumah itu. Demikian itulah dasar pengertian rumah, baik rumah bagi bangsa-bangsa yang sudah menetap ataupun bagi bangsa pengembara. Kepada bangsa pengembara seperti halnya Badui Allah SWT memberikan nikmat kepada manusia dengan menyediakan kulit binatang ternak untuk keperluan tempat tinggal mereka. Mereka membangun kemah-kemah dan pondok-pondok mereka dari kulit dan bulu-bulu ternak itu sewaktu mengembara di padang pasir sambil mengembala ternak mereka. Benda-benda tersebut mudah dan ringan dibawa berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Nikmat Allah lainnya kepada manusia ialah kemanfaatan bulu dan kulit binatang ternak itu untuk keperluan pakaian, alat-alat keperluan rumah tangga dan lain-lainnya. Seperti bulu domba (wool), kulit unta, bulu kulit kambing. Barang-barang ini merupakan barang-barang yang dapat mereka perdagangkan sejak zaman dahulu sampai sekarang. Dari ayat ini, dapat diambil suatu dalil hukum bahwa kulit dan bulu dari ternak yang halal dimakan adalah suci.
B.     Sistem Pencernaan Ternak Sapi
Sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa (Anonim, 2000).
Faring pada sapi sangat pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm (Anonim, 2000).
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung sapi terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi (Anonim, 2000).
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim (Anonim, 2000).
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia (Anonim, 2000).
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.  Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif (Anonim, 2000).
Menurut Ardianto (2012), secara garis besar pencernaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.      Pencernaan Mekanik
Pencernaan mekanik merupakan pencernaan mengubah pakan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau sederhana. Pencernaan mekanik dilakukan dimulut dengan bantuan gigi. Tahap-tahap tersebut adalah: (1) Prehension yaitu proses pengambilan pakan, misalnya ternak sapi menggunakan bantuan lidah; (2) Mastikasi yaitu proses pengunyahan pakan, dengan tujuan untuk memperkecil volume pakan; (3) Salivasi yaitu proses membasahi pakan dengan saliva; dan (4) Deglutisi yaitu proses penelanan pakan. Ternak sapi merupakan ternak memamah biak, pakan yang telah dimakan akibat dari gerakan bolus pakan maka pakan dimuntahkan kembali kemulut untuk dilakukan remastikasi, reensalivasi dan redeglutisi.
2.      Pencernaan Fermentatif 
Pencernaan fermentatif merupakan pencernaan yang menghasilkan produk yang jauh berbeda dengan senyawa asal. Pencernaan ini membutuhkan bantuan atau peran dari mikroba. Contohnya adalah protein setelah mengalami fermentasi berubah menjadi ammonia.
3.      Pencernaan Hidrolitik 
Pencernaan hidrolitik merupakan pencernaan untuk menguraikan senyawa yang lebih kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pencernaan ini umumnya dibantu oleh peran enzim. Contohnya adalah protein dirubah menjadi asam amino dan lemak dirubah menjadi gliserol dan asam lemak. Pakan ternak ruminansia khususnya hijauan mengandung serat kasar yang tinggi. Contohnya pada rumput gajah, kandungan ligninnya tinggi, akan tetapi mempunyai kandungan selulosa dan hemiselulosa yang dapat dicerna oleh ternak sapi menjadi energi. Hasil proses fermentasi selulosa (C2), Propionat (C3), Butirat (C4H2), CO2 dan Methan (CH4).



C.    Gambaran Umum Ternak Kambing
Kambing termasuk salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem usaha tani pedesaan. Hampir setiap rumah tangga memelihara kambing bukan hanya dipedesaan, tetapi sudah menyebar ke berbagai tempat. Semakin banyaknya peternak kambing yang muncul disebabkan oleh permintaan daging dan susu kambing yang terus mengalami peningkatan (Sarwono, 2008).
Dalam seekor ternak terdapat banyak sekali pelajaran sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl : 66 di bawah ini :
خَالِصًا بَنًالَ وَدَمٍ فَرْثٍ بَيْنِ مِنْ بُطُونِهِ فِي مِمَّا نُسْقِيكُمْ ۖ لَعِبْرَةً الْأَنْعَامِ فِي لَكُمْ وَإِنَّ
رِبِينَ لِلشَّا سَائِغًا
Terjemahan :
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya” (Qs. An-Nahl : 66).

Dalam surat An-Nahl : 66 di atas dijelaskan bahwa bagaimana manusia mensyukuri dan memikirkan nikmat besar yang telah diberikan allah SWT kepadanya melalui seekor ternak yang mereka pelihara.
Sesudah itu Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar memperhatikan binatang ternak karena sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran yang berharga bagi para hamba-Nya yang dapat menunjukkan kekuasaan Nya, menciptakan ciptaan yang indah. Maha Luas Rahmat Nya terhadap para hamba Nya; dan air susu binatang ternak itulah manusia mendapat minuman yang lezat rasanya, mudah dicerna dan berguna bagi kesehatan. Seseorang yang suka memperhatikan, dapat mengambil pelajaran betapa Maha Kuasanya Allah memisahkan susu yang bersih itu dari darah dan kotoran binatang. Binatang itu makan rerumputan. Dari rumput itulah sari-sari makanan diserap oleh butiran-butiran darah merah di perut besar sapi itu, sedang bagian-bagian yang tidak berguna dikeluarkan sebagai kotoran. Kemudian dari tanah itulah dipisahkan air susu sebagai minuman yang sangat lezat mudah ditelan bagi orang yang hendak meminumnya.
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50-150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana (Anonim, 2005).
Menurut Zafal (2009), dalam perkembanganya,tipe kambing diklasifikasikan berdasarkan produk utamanya yaitu :
1.      Tipe potong
2.       Tipe perah
3.      Tipe dwiguna(gabungan tipe potong dan perah)
4.      Tipe bulu atau kulit bulu.
Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang menduduki tempat tersendiri di kalangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Peran ternak ruminansia kecil ini telah memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kesehatan dan gizi berjuta-juta penduduk di Negara-negara berkembang, terutama mereka yang masih di bawah garis kemiskinan (Sarwono, 2008).
Kambing tergolong hewan pemamah biak, berkuku genap, dan bertanduk sepasang menggantung. Hampir semua jenis kambing merupakan hewan pegunungan yang suka hidup di lereng-lereng curam. Kambing mempunyai kebiasaan makan sambil berdiri dan gemar sekali mencari hijauan daun-daun (Sarwono, 2008).
Dalam klasifkasi biologis, kambing digolongkan dalam kelompok binatang menyusui, suku ruminansia (binatang pemamah biak), anak suku kambing-kambingan (Caprinae). Kelompok anak suku itu masih dibagi-bagi lagi dalam kelompok yang lebih kecil, yakni terbagi dalam 5 tribe (rumpun) dan 11 genus (marga atau induk jenis). Kambing yang tersebar di alam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kambing liar dan kambing ternak (Sarwono, 2008).
Kambing dan domba merupakan dua jenis ruminansia kecil yang berbeda sifat biologinya. Sebagai perbandingan bahwa kambing jinak Capra aegagrus hircus dan domba jinak Ovis ammon aries adalah hewan ternak yang masing-masing mempunyai perbedaan sifat biologis (Sarwono, 2008).
Kambing dewasa terdapat janggut pada dagu terutama jantan dan pangkal ekornya mengeluarkan kelenjar “bandot” dengan bau yang khas, sedangkan domba tidak demikian. Tengkorak domba mempunyaitulang air mata dan di dekat kotak matanya terdapat kelenjar praeorbital, sedangkan pada tengkorak kambing tida ada (Sarwono, 2008).
D.    Sistem Pencernaan Ternak Kambing
Sistem pencernaan kambing merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan cecum dan usus yang besar.  Hal ini memungkinkan kambing dapat makan dan memanfaatkan bahan-bahan hijauan, rumput dan sejenisnya.  Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah seperti yang terjadi pada saluran cerna kuda. Kambing termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak dapat merncerna serat-serat secara baik. Ia memfermentasi pakan di usus belakangnya. Fermentasi hanya terjadi di cecum (bagian pertama usus besar), yang kurang lebih merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran perncernaannya (Etawafarm, 2011).
Kambing juga memiliki empat buah lambung terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi (Anonim, 2011).
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim (Sarwono, 2008).
Walaupun memiliki caecum yang besar, kambing ternyata tidak mampu mencerna bahan-bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni. Daya cerna kambing dalam mengonsumsi hijauan daun mungkin hanya 10% (Etawafarm, 2011).








BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini, yaitu :
Hari/Tanggal   : Sabtu, 15 Desember 2012
Pukul               : 09.00 Wita - Selesai
Tempat            : Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu cutter, gunting, jarum pentul, lap kasar, masker dan meter kain (alat pengukur).
2.      Bahan
Adapun bahannya yang digunakan dalam praktikum ini adalah kerta label, lifeboy batangan, organ dalam pencernaan ternak rumunansia (sapi dan kambing), sunlight, super pel dan tissue roll.
C.    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Menyediakan saluran pencernaan sapi dan kambing mulai dari mulut sampai anus.
2.      Memperhatikan dan melihat alat-alat pencernaan tersebut hingga kita bisa mengetahui alat-alat  pencernaan sapi  dan kambing satu persatu.
3.      Memperhatikan bagian-bagian saluran pencernaan tersebut secara seksama mulai dari kerongkongan sampai anus dan mengukur satu persatu organ pencernaan tersebut.
4.      Mempelajari fungsi dari tiap alat pencernaan sapi dan kambing.
5.      Menggambar alat pencernaan kambing dan sapi secara utuh mulai dari mulut sampai anus.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
1.      Sistem pencernaan ternak sapi
a.       Gambar asli                                           b.   Gambar literatur
     https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBpskOz2x0tZug2x5GFRAVCF35W4zMedxvr_YPznarNjaCQOXPET00DrW2S-NUci9UOgQdXFZhOh60mefh2rmUd_Ld6X1OkFyPcOpZX3ZQ0Fsn-Et6fXO8JU5LHFDUe0UlzjMoeeIV3Ns/s1600/sistempencernaanpadahewan1.jpg
Tabel 1. Hasil pengukuran organ pencernaan ternak sapi, bentuk pakan
 dan  fungsinya.

No
Organ Pencernaan
Ukuran
Bentuk pakan
Fungsi
1
Esophagus
58 cm
Berbentuk pecahan-pecahan kecil
Sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung.
2
Rumen
63 cm
Berbentuk serat-serat kasar,

Sebagai tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen,
3
Retikulum
29 cm
Bentuk pakan sudah mulai lembek,

Membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen,
4
Omasum
30 cm
Pakan sudah lembut seperti bubur.
Membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium .
5
Abomasum
45 cm
Berbentuk bubur karena disini dicerna secara  kimiawi
Untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) dan pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum
6
Usus halus
27,20 m
Bentuk pakan sudah lembut,
Sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan.
7
Cecum
113 cm
Bentuk pakan agak padat
Sebagai fermentasi oleh mikroba. Pencernaan selulosa
8
Usus besar
2,25 m
Bentuk pakan agak padat
Sebagai tempat absorbsi air. sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus.
9
Rectum/Anus
45 cm
Bentuk pakan agak padat
Sebagai tempat bermuaranya feses
Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar






2.      Sistem pencernaan ternak kambing
a. Gambar asli                                             b. Gambar literatur  
Tabel 2. Hasil pengukuran organ pencernaan ternak kambing, bentuk
  pakan dan fungsinya.

No
Organ Pencernaan
Ukuran
Bentuk Pakan
Fungsi
1
Oesophagus
19 cm
Berbentuk pecahan pecahan kecil
Berfungsi sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung
2
Rumen
19 cm
Berbentuk serat-serat kasar,
Sebagai tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen,
3
Reticulum
14 cm
Bentuk pakan sudah mulai lembek,                     
Membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel pakan pada regurgitasi rumen
4
Omasum
9 cm
Pakan sudah lembut seperti bubur
Membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium
5
Abomasum
8 cm
Berbentuk bubur karena disini dicerna secara  kimiawi
Untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan enzimatis  dan pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum
6
Usus halus
15,5 m
Bentuk pakan sudah lembut
Sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan
7
Cecum
19 cm
Bentuk pakan agak padat
Sebagai fermentasi oleh mikroba. Pencernaan selulosa
8
Usus besar
340 cm
Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air
Sebagai tempat absorbsi air
9
Rectum
5 cm
Bentuk pakan padat
Sebagai tempat bermuaranya feses
10
Anus
3 cm
Bentuk pakan padat
Sebagai tempat pembuangan akhir feses
Sumber : Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.






B.     Pembahasan
1.      Sistem pencernaan ternak sapi
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa  saluran pencernaan pada sapi memiliki panjang yaitu esophagus 58 cm, rumen 63 cm, 29 cm, reticulum 29 cm, omasum 30 cm, abomasums 45 cm, usus halus 27,20 m, cecum 113 cm, usus besar 2,25 m dan rectum 45 cm. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Ardianto (2012), yang menyakan bahwa usus pada ternak ruminansia sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Selain itu juga didukung oleh pendapat Blakely (1991), yang menyatakan bahwa saluran pencernaan pada setiap hewan itu berbeda-beda dikarenakan organ organ tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, dan mungkin disebabkan juga karena umur ternak yang masih muda serta  penyambungan terhadap organ-organ pencernaan yang telah putus.
Dalam rongga mulut sapi terdapat gigi, lidah dan saliva (air liur). Gigi berfungsi dalam memotong dan menghaluskan makanan. Lidah digunakan sebagai alat pengecap, membantu memasukan bahan makanan ke dalam mulut, dan memindah-mindahkan/mengaduk bahan makanan yang dikunyah. Saliva (air liur) fungsinya sebagai pelicin dalam mengunyah dan menelan bahan makanan, pelindung mukosa mulut dengan membasahinya terus-menerus, dapat mengencerkan beberapa zat yang bersifat racun dan mengatur temperatur dalam rongga mulut.
Esophagus terdiri dari membran mukosa yang memanjang dari mulut sampai ke rumen yang berperan dalam proses ruminasi dan eruktasi dan berfungsi membawa makanan dan air liur ke lambung dengan adanya gerakan peristaltik.
Lambung sapi terdiri dari empat bagian yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan bagian bagian terbesar dari lambung, memiliki papilla yang berfungsi meningkatkan penyerapan hasil fermentasi, di bagian inilah yang paling banyak mengandung populasi mikroorganisme seperti jenis bakteri dan protozoa yang mensuplai enzim pemecah serat kasar pada partikel makanan. Retikulum dikenal dengan istilah sarang lebah (honeycomb or hardware stomach). Saat sapi menelan benda-benda keras (kabel, paku, dan lain-lain), maka benda-benda ini akan tersimpan di retikulum. Omasum memiliki banyak lipatan jaringan yang akan menggiling campuran ingesta pakan dan memeras air yang masih terkandung dalam pakan dan berfungsi menyaring partikel yang lebih besar, serta penyerapan VFA dan air. Abomasum dikenal dengan istilah perut sejati yang sebagai tempat terjadinya proses pemecahan protein, karbohidrat dan lemak dalam pakan secara kimiawi, sebelum dialirkan ke usus kecil.
Usus kecil (usus halus) berfungsi dalam pencernaan enzimatis dan absospsi (penyerapan). Dimana duodenum sebagai tempat pertama dari usus kecil berfungsi sebagai tempat pemecahan nutrisi pakan menjadi lebih sederhana yang dilakukan oleh enzim. Bagian ini selanjutnya secara berturut-turut adalah jejunum, dan ileum. Hasil akhir kemudian diserap melalui pembuluh darah.
Cecum merupakan struktur yang simple letaknya antara usus kecil dan usus besar. Materi pakan yang masuk ke dalam cecum selanjutnya dicerna lagi oleh sekelompok mikroorganisme yang terdapat cecum.
Pakan yang tidak tercerna di usus halus akan masuk ke dalam usus besar. Di bagian ini pakan tersebut akan dicerna lagi lebih lanjut oleh sekelompok mikroorganisma dan juga akan terjadi penyerapan air.
2.      Sistem pencernaan ternak kambing
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa saluran pencernaan kambing memiliki panjang yaitu esophagus 19 cm, rumen 19 cm, retikulum 14 cm, omasum 9 cm, abomasum 8 cm, usus halus 15,5 m, cecum 19 cm, usus besar 340 cm, rectum 5 cm dan anus 3 cm. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Ardianto (2012), yang menyatakan bahwa usus pada ternak ruminansi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Selain itu juga didukung oleh pendapat Blakely (1991), yang menyatakan bahwa saluran pencernaan pada setiap hewan itu berbeda-beda dikarenakan organ organ tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, dan mungkin disebabkan juga karena umur ternak yang masih muda serta  penyambungan terhadap organ-organ pencernaan yang telah putus.
Esophagus pada kambing  berupa saluran kecil yang menghubungkan antara mulut dengan lambung. Oesophagus berfungsi sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung.
Rumen pada kambing  merupakan tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorbsi  VFA dan ammonia, Lokasi mixing, menyimpan bahan makanan. Pakan berbentuk serat-serat kasar, disini juga terjadi proses fermentasi untuk mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik.
Retikulum pada kambing membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi, membantu proses ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, absorpsi hasil fermentasi dan tempat berkumpulnya benda-benda asing. Pakan berbentuk sudah mulai lembek, karena sebelumnya sudah terjadi pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen.
Omasum pada ternak kambing membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium dan kalium, juga menyerap VFA.  Sifat menyerap air pada omasum diduga berfungsi untuk mencegah turunnya pH. Omasum juga berfungsi sebagai filtering, fermentasi dan absorpsi. Pakan sudah lembut seperti bubur dan terbentuk gelembung-gelembung gas pada pakan.
Abomasum pada kambing berfungsi untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) dan  pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum. Berbentuk bubur karena disini makanan dicerna secara   mekanik dan kimiawi.
Usus halus yang dimiliki kambing berfungsi sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan. Bentuk pakan sudah lembut, dan nutrisi siap diserap oleh  pembuluh darah.
Usus buntu (cecum) pada kambing berfungsi fermentasi oleh mikroba. Pencernaan selulosa menjadi glukosa dan Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri.
Usus besar memiliki berfungsi sebagai tempat absorbsi air. sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus. Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air. Kemudia terakhir adalah anus yaitu sabagai tempat jalann keluarnya feses.


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sistem pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut yang digunakan untuk memotong dan mencampur pakan dengan saliva. Esophagus merupakan alat pencernaan yang benghubungan dengan lambung. Rumen merupakan bagian terbesar dari lambung memiliki papila yang berfungsi meningkatkan penyerapan hasil Fermentasi. Retikulum merupakan tempat penyaringan benda-benda asing (kabel, paku, dll). Omasum berfungsi dalam menggiling dan campuran ingesta pakan dan memeras air yang masih terkandung dalam pakan. Abomasum  ini dikenal dengan istilah perut sejati. Dimana terjadi proses penyerapan protein, karbohidrat, dan lemak dalam pakan secara kiniawi sebelum dialirkan ke usus. Usus kecil. Merupakan tempat penyerapan zat nutrisi. Sekum merupakan struktur yang simpel bagian ini letaknya diantara usus kecil dan usus besar. Selanjutnya akan dicerna lebih lanjut oleh sekelompok mikroorganisme. Usus besar  yaitu pakan yang tidak dicerna di usus halus akan masuk  usus besar. Dibagian ini pakan tersebut akan dicerna lebih lanjut oleh sekelompok mikroorganisme dan juga akan terjadi penyerpan air. Kemudian anus yaitu tempat keluarnya feses.


B.     Saran
Adapun saran pada praktikum ini sebaiknya dalam melakukan pada praktikum selanjutnya digunakan organ pencernaan baru yang karena banyak organ pencernaan yang sudah putus.



















DAFTAR PUSTAKA
Aak. “Sapi Potong dan Kerja”. Yogyakarta : Kanisius. 1991.
Anonim. “Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak”. (2000). http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0066%20Bio% 202-5d.htm. (16 Desember 2012)
             . Budidaya Ternak Kambing”. (2005). http://www.iptek.net.id/ind/ wari
ntek. (16 Desember 2012).
. Sapi”. (2011)  http://id.wikipedia.org/wiki/Sapi. (16 Desember 2012).
Apik. “Pencernaan Ruminansia VS Non-ruminansia”. (2011). http://apikdewefpp
Ardianto, Aris. “Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia”. (2012). http://ayisakin.blog spot.com/2012/03/ternak-ruminansia-dan-non-ruminansia.html. (16 Desember 2012).
Blakely, James dan David H. Bade.“Ilmu Peternakan edisi IV”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 1991.
Etawafarm.  “Pakan Kambing”. (2011). http://www.etawafarm.com/2011/11/ pakankambing.html.(16 Desember 2012).

Hasanah. Perbedaan hewan ruminansia dan non ruminansia”. (2011). http://mellyhatulhasanah.blogspot.com/2011/11/perbedaan-hewan-ruminansia-dan-non.html. (16 Desember 2012).

Hidayah, Nur. “Mikrobiologi In Vitro”. (2011)http://www.scribd.com/Laporan-Mikrob-in. (16 Desember 2012).

Junaedi. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia. (2011). http://peternakan junaedi.blogspot.com/2011/06/sistem-pencernaan-ternakruminansia.html. (16 Desember 2012).

Sarwono, B. “Beternak Kambing Unggu”l. Yogyakarta : Penebar Swadaya. 2008.
Tim Dosen dan Asisten. “Penuntun Praktikum Ilmu Ruminansia dan
Ruminansia”. Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.2012.
Zafal. Asal Usul Kambing Dan Manfaat Susu Kambing”. (2009). http://zafal. wordpress.com/2009/12/28/asal-usul-kambing-dan-manfaat-susu-kambing/. (16 Desember 2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar