BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ternak
ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan
mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung
kemulut untuk dimamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau,
kambing, serta domba (Ardianto, 2012).
Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora
yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam
sub ordo Ruminansia dan ordonya
adalah Artiodaktil atau berkuku
belah. Hewan ruminansia memiliki empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum. Selain itu hewan ruminansia
juga memamah makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak (Apik, 2011).
Hewan
memamah biak (ruminansia) adalah
sekumpulan hewan pemakan tumbuhan yang mencerna makanannya dalam dua langkah,
pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah
setengah dicerna dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini tidak hanya
memiliki satu ruang (monogastrik)
tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik),
atau secara umum biasa dikatakan berperut banyak (Hidayah, 2011).
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses
yang disebut memamah biak (ruminasi).
Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam rumen.
Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan
ke mulut (proses regurgitasi), untuk
dikunyah kembali (proses remastikasi),
kemudian pakan ditelan kembali (proses
redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim
mikroba rumen. Kontraksi retikulorumen
yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut bermanfaat pula untuk
pengadukan digesta inokulasi dan
penyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen
juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal
orifice (Junaedi, 2011).
Hewan-hewan
herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau, dan kambing disebut
sebagai hewan memamah biak (ruminansia).
Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan
hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya
sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain (Tim
Dosen dan Asisten, 2012).
Hewan
ruminansia memiliki seperangkat alat pencernaan seperti rongga mulut (gigi)
pada hewan ruminansia terdapat gigi gerahan yang besar yang berfungsi untuk
menggiling dan menggilas serta mengunyah rerumputan yang mengandung selulosa
yang sulit dicerna (Hasanah, 2011).
Lambung
hewan ruminansia terdiri atas lambung pengunyah, yaitu rumen (perut besar) dan retikilum
(perut jala), serta lambung kelenjar yaitu omasum
(perut kitab) dan abomasum (perut
masam). Abomasum merupakan lambung sesungguhnya yang juga dimiliki mamalia
lainnya (Hasanah, 2011).
Berdasarkan
penjelasan diatas maka dibutuhkan sebuah praktikum untuk mengetahui bagaimana
susunan alat pencernaan ternak ruminansia yaitu khususnya ternak sapi dan
kambing, serta bagaimana fungsi atau peranan dari alat pencernaan ternak
ruminansia tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi sistem
pencernaan ternak ruminansia (sapi dan kambing) serta fungsinya.
C. Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah untuk membantu mahasiswa
memahami sistem pencernaan ternak ruminansia (sapi dan kambing) serta
membedakan sistem pencernaanya dengan ternak non ruminansia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Gambaran
Umum Ternak Sapi
Sapi adalah hewan ternak anggota familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi merupakan binatang pemamah
biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, dan bertubuh besar. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya
sebagai bahan pangan. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, dan tanduknya
juga kemudian dimanfaatkan. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai untuk
membantu bercocok tanam, seperti menarik gerobak atau bajak (Anonim, 2011).
Ternak sapi saat ini merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal sebagai Auerochse atau Urochse (bahasa Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos primigenius), yang
sudah punah di Eropa sejak 1627. Sapi ternak meski banyak jenisnya tetapi
umumnya digolongkan menjadi satu spesies saja (Anonim, 2011).
Sapi
sebagai hewan ternak belum bisa diketahui secara pasti kapan mulai diternakkan,
sebab setiap daerah atau negara mempunyai perkembangan yang berbeda. Mesir
misalnya, 8.000 tahun sebelum masehi telah mengenal sapi piaraan; demikian pula
Mesopotamia dan India. Tetapi di daerah Eropa dan Cina baru pada kurang lebih
6.000 tahun sebelum masehi (Aak, 1991).
Menurut
Aak (1991), sapi-sapi yang sekarang ada, dan tersebar hampir di seluruh
permukaan bumi ini berasal dari sapi-sapi jenis primitif. Sapi-sapi jenis primitif
tersebut adalah golongan :
1. Bos sondaicus (Bos Banteng), golongan ini merupakan sumber asli sapi-sapi
Indonesia.
2. Bos Indicus adalah Zebu (sapi berponok) inilah yang sekarang berkembang
di India dan sebagian di Indonesia. Contoh : Sapi ongole dan American Brahman.
3.
Bos Taurus adalah jenis sapi yang menjadi sapi
potong dan perah di Eropa. Golongan tersebut kini telah tersebar di seluruh
permukaan bumi, termasuk Indonesia.
Ternak sapi
merupakan ternak terpenting dari jenis-jenis ternak yang dipelihara manusia,
sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Ternak sapi
menghasilkan sekitar 95% kebutuhan susu, 50% kebutuhan daging dan kulitnya
sekitar 85% kebutuhan untuk sepatu, tas, dan sebagainnya(Wawang, 2008).
Ternak sangat berguna dan bermanfaat
bagi kehidupan sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl : 80
تَسْتَخِفُّونَهَا بُيُوتًا الْأَنْعَامِ جُلُودِ مِنْ
لَكُمْ وَجَعَلَ سَكَنًا كُمْبُيُوتِ مِنْ لَكُمْ
جَعَلَ وَاللَّهُ
حِينٍ إِلَىٰ وَمَتَاعًا أَثَاثًا وَأَشْعَارِهَا وَأَوْبَارِهَا أَصْوَافِهَا وَمِنْ ۙإِقَامَتِكُمْ وَيَوْمَ
حِينٍ إِلَىٰ
Terjemahan :
“Dan Allah
menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi
kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa
ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan
(dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat
rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)” (Qs.
An-Nahl : 80).
Dari
surah An-Nahl : 80 di atas dijelas bahwa dari seekor ternak memiliki banyak
sekali manfaat dalam kehidupan manusia diantaranya yaitu kulitnya yang dapat
dimanfaat sebagai rumah (kemah-kemah), alat-alat rumah tangga dan perhiasan
(pakaian).
Kemudian
dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan nikmat-nikmat yang dianugerahkan Nya
kepada manusia untuk dijadikan tanda keesaan Nya. Allah menganugerahkan rumah
bagi manusia. Rumah-rumah itu tidak hanya tempat tinggal atau berlindung dari
hujan dan panas tetapi juga rumah itu menciptakan suasana aman damai dan
tenteram serta menumbuhkan kasih sayang dan rasa kesetiaan di antara
penghuninya. Dari rumah tangga yang baik, lahir manusia yang baik. Agama Islam
menetapkan aturan untuk menjamin kehormatan rumah tempat diam. Dilarang seorang
manusia masuk ke rumah orang lain, sebelum memberi salam kepadanya atau meminta
izin dari penghuninya, meskipun dia petugas negara tanpa alasan yang
dibenarkan. Tidak dibenarkan seseorang memeriksa rumah orang lain dengan alasan
apapun, tidak boleh mengintai-intai penghuninya sehingga menimbulkan kurang
aman bagi keluarga rumah itu. Demikian itulah dasar pengertian rumah, baik
rumah bagi bangsa-bangsa yang sudah menetap ataupun bagi bangsa pengembara.
Kepada bangsa pengembara seperti halnya Badui Allah SWT memberikan nikmat
kepada manusia dengan menyediakan kulit binatang ternak untuk keperluan tempat
tinggal mereka. Mereka membangun kemah-kemah dan pondok-pondok mereka dari
kulit dan bulu-bulu ternak itu sewaktu mengembara di padang pasir sambil
mengembala ternak mereka. Benda-benda tersebut mudah dan ringan dibawa
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Nikmat Allah lainnya kepada
manusia ialah kemanfaatan bulu dan kulit binatang ternak itu untuk keperluan
pakaian, alat-alat keperluan rumah tangga dan lain-lainnya. Seperti bulu domba
(wool), kulit unta, bulu kulit kambing. Barang-barang ini merupakan
barang-barang yang dapat mereka perdagangkan sejak zaman dahulu sampai
sekarang. Dari ayat ini, dapat diambil suatu dalil hukum bahwa kulit dan bulu
dari ternak yang halal dimakan adalah suci.
B.
Sistem
Pencernaan Ternak Sapi
Sapi
(hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring,
tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai
dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel
tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa (Anonim, 2000).
Faring
pada sapi sangat pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan
lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan
panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm (Anonim, 2000).
Lambung
sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah
kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan
dan peragian. Lambung sapi terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum,
omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan
umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%,
dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot
sfinkter berkontraksi (Anonim, 2000).
Makanan
dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi
makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis
protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah
kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke
ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan
bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut
yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim (Anonim, 2000).
Selulase
yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa
menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena
pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan
untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan
ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia (Anonim, 2000).
Sekum
pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora.
Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan
pencernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal
itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat
(selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya
berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat
menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif (Anonim, 2000).
Menurut Ardianto (2012), secara garis besar pencernaan
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Pencernaan Mekanik
Pencernaan mekanik merupakan pencernaan mengubah pakan
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau sederhana. Pencernaan
mekanik dilakukan dimulut dengan bantuan gigi.
Tahap-tahap
tersebut adalah: (1) Prehension yaitu
proses pengambilan pakan, misalnya ternak sapi menggunakan bantuan lidah;
(2) Mastikasi yaitu
proses pengunyahan pakan, dengan tujuan untuk memperkecil volume pakan;
(3) Salivasi yaitu proses
membasahi pakan dengan saliva; dan (4) Deglutisi yaitu proses penelanan pakan. Ternak sapi merupakan
ternak memamah biak, pakan yang telah dimakan akibat dari gerakan bolus
pakan maka pakan dimuntahkan kembali kemulut untuk dilakukan remastikasi, reensalivasi dan redeglutisi.
2. Pencernaan Fermentatif
Pencernaan fermentatif merupakan pencernaan yang
menghasilkan produk yang jauh berbeda dengan
senyawa asal.
Pencernaan ini membutuhkan bantuan atau peran dari mikroba. Contohnya adalah
protein setelah mengalami fermentasi berubah menjadi ammonia.
3. Pencernaan
Hidrolitik
Pencernaan hidrolitik merupakan pencernaan untuk
menguraikan senyawa yang lebih kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana. Pencernaan ini umumnya dibantu oleh peran enzim.
Contohnya adalah protein dirubah menjadi asam amino dan lemak dirubah
menjadi gliserol dan asam lemak. Pakan ternak ruminansia khususnya
hijauan mengandung serat kasar yang tinggi. Contohnya pada
rumput gajah,
kandungan ligninnya tinggi, akan tetapi mempunyai kandungan selulosa dan
hemiselulosa yang dapat dicerna oleh ternak sapi menjadi energi. Hasil
proses fermentasi selulosa (C2), Propionat (C3), Butirat (C4H2), CO2
dan Methan (CH4).
C.
Gambaran
Umum Ternak Kambing
Kambing termasuk salah satu jenis ternak yang akrab dengan
sistem usaha tani pedesaan. Hampir setiap rumah tangga memelihara kambing bukan
hanya dipedesaan, tetapi sudah menyebar ke berbagai tempat. Semakin banyaknya
peternak kambing yang muncul disebabkan oleh permintaan daging dan susu kambing
yang terus mengalami peningkatan (Sarwono, 2008).
Dalam seekor ternak terdapat banyak sekali pelajaran
sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl : 66 di bawah ini :
خَالِصًا بَنًالَ وَدَمٍ فَرْثٍ بَيْنِ مِنْ بُطُونِهِ فِي مِمَّا نُسْقِيكُمْ ۖ لَعِبْرَةً الْأَنْعَامِ فِي لَكُمْ وَإِنَّ
رِبِينَ لِلشَّا سَائِغًا
Terjemahan :
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak
itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada
apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah,
yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya” (Qs. An-Nahl : 66).
Dalam surat An-Nahl : 66 di atas dijelaskan bahwa bagaimana
manusia mensyukuri dan memikirkan nikmat besar yang telah diberikan allah SWT
kepadanya melalui seekor ternak yang mereka pelihara.
Sesudah itu Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar
memperhatikan binatang ternak karena sesungguhnya pada binatang ternak itu
terdapat pelajaran yang berharga bagi para hamba-Nya yang dapat menunjukkan
kekuasaan Nya, menciptakan ciptaan yang indah. Maha Luas Rahmat Nya terhadap
para hamba Nya; dan air susu binatang ternak itulah manusia mendapat minuman yang
lezat rasanya, mudah dicerna dan berguna bagi kesehatan. Seseorang yang suka
memperhatikan, dapat mengambil pelajaran betapa Maha Kuasanya Allah memisahkan
susu yang bersih itu dari darah dan kotoran binatang. Binatang itu makan
rerumputan. Dari rumput itulah sari-sari makanan diserap oleh butiran-butiran
darah merah di perut besar sapi itu, sedang bagian-bagian yang tidak berguna
dikeluarkan sebagai kotoran. Kemudian dari tanah itulah dipisahkan air susu
sebagai minuman yang sangat lezat mudah ditelan bagi orang yang hendak
meminumnya.
Ternak
kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha
sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik
daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara
tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya
ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya
dapat mencapai 50-150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan
dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana (Anonim,
2005).
Menurut
Zafal (2009), dalam perkembanganya,tipe kambing diklasifikasikan berdasarkan
produk utamanya yaitu :
1. Tipe potong
2. Tipe perah
3. Tipe dwiguna(gabungan tipe potong dan
perah)
4. Tipe bulu atau kulit bulu.
Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang menduduki
tempat tersendiri di kalangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Peran ternak
ruminansia kecil ini telah memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kesehatan
dan gizi berjuta-juta penduduk di Negara-negara berkembang, terutama mereka
yang masih di bawah garis kemiskinan (Sarwono, 2008).
Kambing tergolong hewan pemamah biak, berkuku genap, dan
bertanduk sepasang menggantung. Hampir semua jenis kambing merupakan hewan
pegunungan yang suka hidup di lereng-lereng curam. Kambing mempunyai kebiasaan
makan sambil berdiri dan gemar sekali mencari hijauan daun-daun (Sarwono, 2008).
Dalam klasifkasi biologis, kambing digolongkan dalam kelompok
binatang menyusui, suku ruminansia (binatang pemamah biak), anak suku kambing-kambingan
(Caprinae). Kelompok anak suku itu
masih dibagi-bagi lagi dalam kelompok yang lebih kecil, yakni terbagi dalam 5
tribe (rumpun) dan 11 genus (marga atau induk jenis). Kambing yang tersebar di
alam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kambing liar dan kambing ternak
(Sarwono, 2008).
Kambing dan domba merupakan dua jenis ruminansia kecil yang
berbeda sifat biologinya. Sebagai perbandingan bahwa kambing jinak Capra aegagrus hircus dan domba jinak Ovis ammon aries adalah hewan ternak
yang masing-masing mempunyai perbedaan sifat biologis (Sarwono, 2008).
Kambing dewasa terdapat janggut pada dagu terutama jantan dan
pangkal ekornya mengeluarkan kelenjar “bandot” dengan bau yang khas, sedangkan
domba tidak demikian. Tengkorak domba mempunyaitulang air mata dan di dekat
kotak matanya terdapat kelenjar praeorbital, sedangkan pada tengkorak kambing
tida ada (Sarwono, 2008).
D.
Sistem
Pencernaan Ternak Kambing
Sistem
pencernaan kambing merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan cecum dan
usus yang besar. Hal ini memungkinkan kambing dapat makan dan
memanfaatkan bahan-bahan hijauan, rumput dan sejenisnya. Bahan-bahan itu
dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah seperti yang terjadi pada
saluran cerna kuda. Kambing termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak dapat merncerna
serat-serat secara baik. Ia memfermentasi pakan di usus belakangnya. Fermentasi
hanya terjadi di cecum (bagian pertama usus besar), yang kurang lebih merupakan
50% dari seluruh kapasitas saluran perncernaannya (Etawafarm, 2011).
Kambing juga memiliki empat buah
lambung terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang
bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%,
retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari
bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi (Anonim, 2011).
Makanan dari kerongkongan akan masuk
rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di
rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida dan fermentasi selulosa oleh
enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari
rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali.
Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada
omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya
dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh
enzim (Sarwono, 2008).
Walaupun
memiliki caecum yang besar, kambing ternyata tidak mampu mencerna bahan-bahan
organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak
ruminansia murni. Daya cerna kambing dalam mengonsumsi hijauan daun mungkin
hanya 10% (Etawafarm, 2011).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini, yaitu :
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Desember 2012
Pukul : 09.00 Wita - Selesai
Tempat : Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas
Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum ini, yaitu cutter, gunting, jarum pentul, lap kasar,
masker dan meter kain (alat pengukur).
2.
Bahan
Adapun bahannya yang
digunakan dalam praktikum ini adalah kerta label, lifeboy batangan, organ dalam
pencernaan ternak rumunansia (sapi dan kambing), sunlight, super pel dan tissue
roll.
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur
kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Menyediakan saluran pencernaan sapi dan kambing mulai dari mulut sampai
anus.
2.
Memperhatikan dan melihat alat-alat pencernaan tersebut
hingga kita bisa mengetahui alat-alat
pencernaan sapi dan kambing satu
persatu.
3. Memperhatikan bagian-bagian saluran
pencernaan tersebut secara seksama mulai dari kerongkongan sampai anus dan
mengukur satu persatu organ pencernaan tersebut.
4. Mempelajari fungsi dari tiap alat
pencernaan sapi dan kambing.
5. Menggambar alat pencernaan kambing dan
sapi secara utuh mulai dari mulut sampai anus.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Sistem pencernaan ternak sapi
a.
Gambar asli b. Gambar literatur
Tabel
1. Hasil pengukuran organ pencernaan ternak sapi, bentuk pakan
dan fungsinya.
No
|
Organ
Pencernaan
|
Ukuran
|
Bentuk
pakan
|
Fungsi
|
1
|
Esophagus
|
58
cm
|
Berbentuk pecahan-pecahan kecil
|
Sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung.
|
2
|
Rumen
|
63 cm
|
Berbentuk serat-serat kasar,
|
Sebagai tempat utama proses
pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh
mikroba rumen,
|
3
|
Retikulum
|
29 cm
|
Bentuk pakan sudah mulai
lembek,
|
Membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel
pakan pada saat regurgitasi rumen,
|
4
|
Omasum
|
30 cm
|
Pakan sudah lembut seperti
bubur.
|
Membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air
bersama-sama natrium .
|
5
|
Abomasum
|
45 cm
|
Berbentuk bubur karena disini
dicerna secara kimiawi
|
Untuk mencegah digesta yang
ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan
enzimatis (perut sejati) dan pencernaan protein, mengatur arus digesta
dari abomasum ke duodenum
|
6
|
Usus halus
|
27,20 m
|
Bentuk
pakan sudah lembut,
|
Sebagai pencernaan enzimatis dan
absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan.
|
7
|
Cecum
|
113
cm
|
Bentuk
pakan agak padat
|
Sebagai fermentasi oleh mikroba.
Pencernaan selulosa
|
8
|
Usus besar
|
2,25
m
|
Bentuk
pakan agak padat
|
Sebagai tempat absorbsi air.
sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami
penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus.
|
9
|
Rectum/Anus
|
45
cm
|
Bentuk pakan agak padat
|
Sebagai tempat bermuaranya feses
|
Sumber: Laboratorium
Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
2.
Sistem pencernaan ternak kambing
a. Gambar asli b. Gambar literatur
Tabel 2. Hasil
pengukuran organ pencernaan ternak kambing, bentuk
pakan dan fungsinya.
No
|
Organ Pencernaan
|
Ukuran
|
Bentuk Pakan
|
Fungsi
|
1
|
Oesophagus
|
19 cm
|
Berbentuk
pecahan pecahan kecil
|
Berfungsi
sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung
|
2
|
Rumen
|
19
cm
|
Berbentuk
serat-serat kasar,
|
Sebagai tempat utama proses
pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh
mikroba rumen,
|
3
|
Reticulum
|
14 cm
|
Bentuk pakan sudah mulai
lembek,
|
Membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel
pakan pada regurgitasi rumen
|
4
|
Omasum
|
9 cm
|
Pakan sudah lembut seperti
bubur
|
Membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air
bersama-sama natrium
|
5
|
Abomasum
|
8 cm
|
Berbentuk bubur karena disini
dicerna secara kimiawi
|
Untuk mencegah digesta yang
ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan
enzimatis dan pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum
ke duodenum
|
6
|
Usus halus
|
15,5 m
|
Bentuk pakan sudah lembut
|
Sebagai pencernaan
enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari
makanan
|
7
|
Cecum
|
19 cm
|
Bentuk pakan agak padat
|
Sebagai fermentasi
oleh mikroba. Pencernaan selulosa
|
8
|
Usus besar
|
340 cm
|
Bentuk pakan agak padat
karena disini mengalami absorpsi air
|
Sebagai tempat absorbsi air
|
9
|
Rectum
|
5 cm
|
Bentuk pakan padat
|
Sebagai tempat bermuaranya feses
|
10
|
Anus
|
3 cm
|
Bentuk pakan padat
|
Sebagai tempat pembuangan akhir feses
|
Sumber : Laboratorium Ilmu Peternakan
Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
B. Pembahasan
1.
Sistem pencernaan ternak sapi
Berdasarkan
hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa saluran pencernaan pada sapi memiliki panjang
yaitu esophagus 58 cm, rumen 63 cm, 29 cm, reticulum 29 cm, omasum 30
cm, abomasums 45 cm, usus halus 27,20 m, cecum 113 cm, usus besar 2,25 m dan
rectum 45 cm. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Ardianto (2012), yang
menyakan bahwa usus
pada ternak ruminansia sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter.
Selain itu juga didukung oleh pendapat Blakely (1991), yang menyatakan bahwa
saluran pencernaan pada setiap hewan itu berbeda-beda dikarenakan
organ organ tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, dan mungkin
disebabkan juga karena umur ternak yang masih muda serta penyambungan terhadap organ-organ pencernaan
yang telah putus.
Dalam
rongga mulut sapi terdapat gigi, lidah dan saliva
(air liur). Gigi berfungsi dalam memotong dan menghaluskan makanan. Lidah digunakan
sebagai alat pengecap, membantu memasukan bahan makanan ke dalam mulut, dan
memindah-mindahkan/mengaduk bahan makanan yang dikunyah. Saliva (air liur)
fungsinya sebagai pelicin dalam mengunyah dan menelan bahan makanan, pelindung
mukosa mulut dengan membasahinya terus-menerus, dapat mengencerkan beberapa zat
yang bersifat racun dan mengatur temperatur dalam rongga mulut.
Esophagus
terdiri dari membran mukosa yang memanjang dari mulut sampai ke rumen yang
berperan dalam proses ruminasi dan eruktasi dan berfungsi membawa makanan dan
air liur ke lambung dengan adanya gerakan peristaltik.
Lambung
sapi terdiri dari empat bagian yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan bagian bagian terbesar dari lambung,
memiliki papilla yang berfungsi
meningkatkan penyerapan hasil fermentasi, di bagian inilah yang paling banyak
mengandung populasi mikroorganisme seperti jenis bakteri dan protozoa yang
mensuplai enzim pemecah serat kasar pada partikel makanan. Retikulum dikenal dengan
istilah sarang lebah (honeycomb or
hardware stomach). Saat sapi menelan benda-benda keras (kabel, paku, dan
lain-lain), maka benda-benda ini akan tersimpan di retikulum.
Omasum memiliki banyak lipatan jaringan yang akan menggiling campuran ingesta
pakan dan memeras air yang masih terkandung dalam pakan dan berfungsi menyaring
partikel yang lebih besar, serta penyerapan VFA dan air. Abomasum dikenal
dengan istilah perut sejati yang sebagai tempat terjadinya proses pemecahan
protein, karbohidrat dan lemak dalam pakan secara kimiawi, sebelum dialirkan ke
usus kecil.
Usus
kecil (usus halus) berfungsi dalam pencernaan enzimatis dan absospsi
(penyerapan). Dimana duodenum sebagai
tempat pertama dari usus kecil berfungsi sebagai tempat pemecahan nutrisi pakan
menjadi lebih sederhana yang dilakukan oleh enzim. Bagian ini selanjutnya
secara berturut-turut adalah jejunum, dan ileum. Hasil akhir kemudian diserap
melalui pembuluh darah.
Cecum
merupakan struktur yang simple letaknya antara usus kecil dan usus besar.
Materi pakan yang masuk ke dalam cecum selanjutnya dicerna lagi oleh sekelompok
mikroorganisme yang terdapat cecum.
Pakan
yang tidak tercerna di usus halus akan masuk ke dalam usus besar. Di bagian ini
pakan tersebut akan dicerna lagi lebih lanjut oleh sekelompok mikroorganisma
dan juga akan terjadi penyerapan air.
2.
Sistem pencernaan ternak kambing
Berdasarkan hasil
pengukuran yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa saluran pencernaan
kambing memiliki panjang yaitu esophagus 19 cm, rumen 19 cm, retikulum 14 cm, omasum
9 cm, abomasum 8 cm, usus halus 15,5 m, cecum 19 cm, usus besar 340 cm, rectum
5 cm dan anus 3 cm. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Ardianto (2012), yang
menyatakan bahwa usus
pada ternak ruminansi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter.
Selain itu juga didukung oleh pendapat Blakely (1991), yang menyatakan bahwa
saluran pencernaan pada setiap hewan itu berbeda-beda dikarenakan
organ organ tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, dan mungkin
disebabkan juga karena umur ternak yang masih muda serta penyambungan terhadap organ-organ pencernaan
yang telah putus.
Esophagus pada
kambing berupa saluran kecil yang
menghubungkan antara mulut dengan lambung. Oesophagus berfungsi sebagai
jalan makanan menuju perut besar atau lambung.
Rumen pada kambing merupakan tempat utama proses pencernaan yang
berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorbsi VFA dan ammonia, Lokasi mixing, menyimpan
bahan makanan. Pakan
berbentuk serat-serat kasar, disini juga terjadi proses fermentasi untuk
mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik.
Retikulum pada kambing membantu proses
ruminasi bolus, sebagai
penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat
fermentasi,
membantu
proses ruminasi,
mengatur
arus ingesta ke omasum, absorpsi hasil fermentasi dan tempat
berkumpulnya benda-benda asing. Pakan berbentuk sudah mulai
lembek, karena sebelumnya sudah
terjadi pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen.
Omasum pada
ternak kambing membantu proses menggiling partikel makanan, menyerap air
bersama-sama natrium dan kalium, juga menyerap VFA. Sifat menyerap air
pada omasum diduga berfungsi untuk mencegah turunnya pH. Omasum juga berfungsi
sebagai filtering,
fermentasi dan absorpsi. Pakan
sudah lembut seperti bubur dan terbentuk gelembung-gelembung gas pada pakan.
Abomasum pada
kambing berfungsi
untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan
pencernaan enzimatis (perut sejati) dan
pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum. Berbentuk bubur karena disini makanan
dicerna secara mekanik
dan kimiawi.
Usus halus yang
dimiliki kambing berfungsi sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses
penyerapan sari-sari makanan.
Bentuk pakan sudah lembut, dan nutrisi siap diserap
oleh pembuluh darah.
Usus buntu
(cecum) pada kambing berfungsi fermentasi oleh mikroba. Pencernaan selulosa menjadi glukosa dan Proses
fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri.
Usus besar
memiliki berfungsi sebagai tempat absorbsi air. sisa-sisa makanan yang tidak
diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan
berupa ampas dikeluarkan melalui anus. Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi
air. Kemudia terakhir adalah anus yaitu sabagai tempat jalann
keluarnya feses.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
adalah sistem pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut yang
digunakan untuk memotong dan mencampur pakan dengan saliva. Esophagus merupakan
alat pencernaan yang benghubungan dengan lambung. Rumen merupakan bagian terbesar dari lambung memiliki
papila yang berfungsi meningkatkan penyerapan hasil Fermentasi. Retikulum
merupakan tempat penyaringan benda-benda asing (kabel, paku, dll). Omasum
berfungsi dalam menggiling dan campuran ingesta pakan dan memeras air yang
masih terkandung dalam pakan. Abomasum
ini dikenal dengan istilah perut sejati. Dimana terjadi proses
penyerapan protein, karbohidrat, dan lemak dalam pakan secara kiniawi sebelum
dialirkan ke usus. Usus kecil. Merupakan tempat penyerapan zat nutrisi. Sekum
merupakan struktur yang simpel bagian ini letaknya diantara usus kecil dan usus
besar. Selanjutnya akan dicerna lebih lanjut oleh sekelompok mikroorganisme.
Usus besar yaitu pakan yang tidak
dicerna di usus halus akan masuk usus
besar. Dibagian ini pakan tersebut akan dicerna lebih lanjut oleh sekelompok mikroorganisme
dan juga akan terjadi penyerpan air. Kemudian anus yaitu tempat keluarnya
feses.
B.
Saran
Adapun saran pada praktikum ini sebaiknya dalam melakukan pada
praktikum selanjutnya digunakan organ pencernaan baru yang karena banyak organ
pencernaan yang sudah putus.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. “Sapi Potong dan Kerja”. Yogyakarta : Kanisius. 1991.
Anonim. “Sistem
Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak”. (2000). http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0066%20Bio%
202-5d.htm. (16 Desember 2012)
ntek. (16 Desember 2012).
. “Sapi”. (2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Sapi. (16 Desember 2012).
Apik. “Pencernaan Ruminansia VS Non-ruminansia”. (2011). http://apikdewefpp
undip2011.wordpress.com/2012/04/05/pencernaan-ruminansiavs-non-ruminansia. (16 Desember
2012).
Ardianto, Aris. “Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia”. (2012). http://ayisakin.blog
spot.com/2012/03/ternak-ruminansia-dan-non-ruminansia.html. (16
Desember 2012).
Blakely, James dan David H.
Bade.“Ilmu Peternakan edisi IV”. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press. 1991.
Etawafarm. “Pakan
Kambing”. (2011). http://www.etawafarm.com/2011/11/
pakankambing.html.(16 Desember 2012).
Hasanah. “Perbedaan hewan ruminansia dan non ruminansia”. (2011). http://mellyhatulhasanah.blogspot.com/2011/11/perbedaan-hewan-ruminansia-dan-non.html. (16 Desember 2012).
Hidayah, Nur. “Mikrobiologi In Vitro”. (2011)http://www.scribd.com/Laporan-Mikrob-in. (16 Desember 2012).
Junaedi. “Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia”. (2011). http://peternakan junaedi.blogspot.com/2011/06/sistem-pencernaan-ternakruminansia.html. (16 Desember 2012).
Sarwono, B. “Beternak Kambing Unggu”l. Yogyakarta : Penebar Swadaya. 2008.
Tim Dosen dan Asisten. “Penuntun
Praktikum Ilmu Ruminansia dan
Ruminansia”.
Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.2012.
Wawang, Andi. “Ternak Sapi dan Kegunaannya”. (2008). http: //andiwawantonra.blogspot.com/2008/09/ternak-sapi-dankegunaannya.ht
ml. (16 Desember 2012).
Zafal. “Asal Usul Kambing Dan Manfaat Susu Kambing”. (2009). http://zafal.
wordpress.com/2009/12/28/asal-usul-kambing-dan-manfaat-susu-kambing/. (16
Desember 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar