Sabtu, 25 Mei 2013

Laporan Heritabilitas

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia peternakan adalah pemuliabiakan dan lingkungan, hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan suatu protein hewani, salah satunya yaitu melalui produk peternakan, yang di mana suatu produk peternakan harus memiliki kualitas yang baik dan tinggi, dan itu semua hanya dapat diperoleh dari hewan ternak yang berkualitas tinggi pula (Anonim, 2011). 
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mendapatkan ternak yang bermutu.  Salah satunya yaitu dengan menurunkan ataupun mewariskan sifat yang baik dari suatu induk ternak adalah hal yang berkelanjutan.  Dalam populasi ternak yang besar, tidak menutup kemungkinan akan mengalami kesulitan. Maka dari itu, untuk memudahkan dapat dilakukan perkawinan secara acak atau dapat disebut juga random, akan tetapi sebelum dilakukan kawin acak (random) suatu ternak yang akan dikawinkan atau induknya harus memiliki kualitas yang baik dan memiliki produktifitas yang tinggi, karena hal inilah yang akan diturunkan induk terhadap keturunannya, apabila tetua dari ternak tersebut memiliki kualitas yang baik maka itu akan diturunkan terhadap anak atau keturunanya, dan untuk dapat mengetahui kemampuan suatu induk atau tetua yang memiliki kualitas dan produktifitas yang baik, maka harus ada suatu ilmu yang mempelajarinya yaitu salah satunya adalah heritabilitas yang merupakan suatu tolak ukur yang digunakan dalam suatu seleksi untuk mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada keturunanya (Anonim, 2011). 
Heritabilitas menjadi suatu tolok ukur dalam yang digunakan untuk mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada keturunannya, oleh karena itu dibutuhkan suatu praktikum untuk membuktikan hal tersebut.
B.     Tujuan dan Manfaat 
             Adapun tujuan dan manfaat dari praktikum ini, yaitu :
1.  Untuk menghitung heritabilitas dan kolerasi genetik pada telur.
2.  Untuk mengetahui jenis, warna, bentuk dan berat telur. 
3. Untuk mengetahui hubungan antara ukuran kuantitatif dengan heritabilitas dan kolerasi genetik telur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA  
Heritabilitas atau daya waris adalah warisan bagi pengaruh keragaman genetik terhadap keragaman genetika terhadap keragaman fenotipik dalam suatu populasi biologis. Besaran ini tidak berdimensi dan dinyatakan sebagai nisbah (rasio) dari dua varian (ragam). Dalam praktik genetika terapan dikenal dua macam heritabilitas : heritabilitas arti luas, berupa nisbah varian genotipik terhadap varian fenotipik, dan heritabiltas arti sempit, berupa nisbah varian genetik aditif terhadap varian fenotipik (Anonim, 2011). 

Heritabilitas adalah angka keturunan yaitu seberapa besar tetua dapat menurunkan gennya kepada keturunannya yang mempunyai kesamaan sifat. Menurut Warwick heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Terhadap dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara umum adalah hertabilitas dalam arti sempit (Anonim, 2012).

Menurut Anonim (2012), ada beberapa cara utama dalam prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas:
1. Estimasi nilai heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen (ragam yang sama), dibandingkan dengan ragam populasi umum.
2. Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuensi gennya akan berubah dan perubahan frekuensi gen inilah yang diduga sebagai kemampuan genetik yang diperoleh dari tetuanya.
3. Melalui perhitungan kolerasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan anaknnya. Cara ini merupakan cara yang paling akurat, karena dianalisis berdasarkan kekerabatannya secara genetik.



Heritabilitas merupakan suatu tolok ukur yang digunakan dalam suatu seleksi, yaitu untuk mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada keturunnya. Menurut Warwick dkk (1983) heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Secara statistik merupakan reaksi observased fenotipik varian, yang disebabkan perbedaan hereditas diantara gendan kombinasi gen genotip individu-individu sebagai suatu unit.

Ada dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara umum adalah heritabilitas dalam arti sempit (Anonim, 2012).


Heritabilitas mengukur keragaman total pada fenotipik yang disebabkan oleh keragaman aditif. h2 mengukur kepentingan relatif antara pengaruh genetik dan lingkungan untuk suatu sifat pada suatu populasi. h2 sebagai ukuran yang menunjukkan tingkat kesamaan penampilan antara anak-anak dengan tetuanya. Suatu sifat dikatakan mempunyai nilai heritabilitas tinggi bila ternak-ternak dalam suatu populasi mempunyai penampilan yang baik untuk sifat tersebut cendrung menghasilkan keturunan dengan penampilan yang baik pula, dan ternak-ternak dengan penampilan buruk atau rendah cenderung menghasilkan keturunan dengan penampilan yang rendah pula (Kurnianto, 2009).

Secara sederhana heritabilitas berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. proporsi ini dapat diwariskan pada generasi selanjutnya (Noor, 1995).
Heritabilitas (h2) dalam arti luas ini menjadi rasio antara keragaman genetik dengan keragaman fenotipik. Heritabilitas dalam arti luas ini melibatkan pengaruh gen yang aditif dan yang non-aditif .
h2 =
Para ahli genetika menyatakan proporsi perbedaan dalam ciri individual, yang ditentukan oleh faktor-faktor yang diwariskan , sebagai faktor heritabilitas. Untuk mengukur hertabilitas, hanya ada pendekatan matematis saja, dan hal ini ada di luar lingkup pembahasan. Hanya sedikit ahli genetika percaya bahwa kita mempunyai cukup cara untuk membedakan heritabilitas  intelegensi dan periku pada manusia (Pai, 1985).

Ragam genetik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya introduksi bangsa ternak yang baru ke dalam kelompok ternak asli dapat meningkatkan ragam genetik, bila terjadi perkawinan di antara kedua bangsa ternak tersebut. Selain itu, efek seleksi dalam satu kelompok ternak pada sejumlah generasi dapat menurunkan ragam genetik. Penggunaan metode inbreeding dalam sistem perkawinan dapat menurunkan ragam genetik (Rusfidra, 2012).


Kolerasi genetik adalah kolerasi dari pengaruh genetik aditif atau nilai pemuliaan antara kedua sifat itu. Kolerasi dapat dikatakan jika gen-gen yang mempengaruhi sifat pertama juga mempengaruhi sifat kedua. Kolerasi lingkungan termasuk pengaruh lingkungan dan pengaruh genetik yang bukan aditif. sifat-sifat kolerasi genetik biasanya digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan-perubahan dalam generasi berikutnya apabila digunakan sebagai kriteria seleksi. Kolerasi dibedakan menjadi kolerasi genetik, kolerasi fenotip dan dan kolerasi lingkungan. Kolerasi genetik terjadi apabila gen yang sama mempengaruhi ekspresi dari dua sifat atau lebih (Fitriansyah, 2012). 








Unggas merupakan hewan ternak yang biasa dipelihara oleh manusia untuk dimanfaatkan daging dan telurnya. Telur pada unggas merupakan sumber protein yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Telur unggas dihasilkan oleh unggas betina yang telah mengalami dewasa kelamin (Anonim, 2010). 
Telur merupakan bahan pangan yang berkualitas tinggi dan merupakan sumber pakan embrio ternak.Telur suatu bangsa burung dapat diidentifikasi dari karakteristik luarnya, yaitu bentuk telur, ukuran telur dan warna telur yang bervariasi diantara semua burung, baik liar maupun piaraan (Hintono, 1995).
Menurut Yuwanta (2004), ada dua jenis telur, yaitu :
1. Telur bertunas yaitu telur yang dihasilkan oleh induk yang tidak ada pejantannya.
2. Telur yang tidak bertunas yaitu telur yang dihasilkan oleh induk yang tidak ada
  Pejantannya. 

Telur ayam terdiri dari sebuah sel reproduktif seperti pada mamalia. Pada ayam, sel telur tersebut dikelilingi oleh kuning telur (yolk), albumen, membran kerabang, kerabang dan kutikula  (Suprijatna2005).

Bangsa ayam Mediterani seperti leghorn dan bangsa tertentu lainnya bertelur warna putih. Bangsa ayam Amerika dan beberapa bangsa lainnya telurnya berwarna coklat (Tim Dosen, 2012).
Telur ayam ras kulitnya ada yang berwarna coklat dan ada yang berwarna putih. Variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya masing-masing. Warna telur adalah warna kerabang telur tersebut. Pigmen yang dihasilkan di uterus pada saat kerabang diproduksi bertanggung jawab pada warna (Suprijatna, 2005).

Bentuk telur normal yakni lonjong tumpul bagian atas dan runcing pada bagian bawah. Perbandingan panjang dan lebar yang normal 8 : 6 atau panjang 5,7 cm dn lebar 4,2 cm. Telur abnormal akan berbeda dari ketentuan ini (Dwiyanto, 2007).

Telur ayam normal mempunyai berat antara 40-80 gram per butir. bahwa berat telur ayam sesuai dengan ayamnya. Telur tidak boleh terlalu berat ataupun terlalu kecil (daya penetasannya amat rendah). Beratnya tidak boleh kurang dari 42 gram dan tidak boleh lebih dari 70-80 gram. Keseimbangan berat telur dan berat badan anak ayam adalah tetap adanya (Sudaryani,1996).


BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini, adalah sebagai berikut:
Hari/tanggal    : Kamis, 28 Juni 2012
Pukul              : 10.00 WITA - Selesai
Tempat           : Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri       
                        Alauddin Makassar.
B.     Alat dan bahan
1. Alat 
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
a.       Timbangan analitik
b.      Benang
c.      Alat tulis menulis
d.      Alat ukur
2.      Bahan       
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
a.        Telur ayam 14 butir
b.      Tissue
c.       Sunlight 

C.    Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja yang digunakan dalam  praktikum ini, adalah sebagai berikut :
1.      Melakukan pengamatan terhadap telur.
2.      Melakukan pengukuran panjang dan lebar telur.
3.      Melakukan penimbangan dan pencatatan warna kulit telur.
4.      Memberi nomor pada telur yang diamati, kemudian memasukkan data hasil pengukuran panjang dan lebar serta berat dan pencatatan warna pada table yang telah disediakan.
5.      Menghitung rata-rata, simpangan baku, dan melakukan perhitungan pendugaan nilai hertabiltas dan kolerasi.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan maka kami “KELOMPOK IV (EMPAT) memperoleh hasil  sebagai berikut :
Tabel 1. Data penimbangan berat dan pengukuran  lingkar telur
No
Berat (g)
Lingkar (cm)
1d
56.61
13.9
2d
59.58
13.5
3d
61.73
14.13
4d
66.12
14
5d
60.45
13.5
1a
55.41
13.4
2a
40.15
14.5
3a
51.74
13
1b
40.34
12.6
2b
46.52
12.9
3b
46.45
12.7
1c
64.15
13.9
2c
60.57
13
3c
59.92
13.8
Tabel 2. Data penimbangan berat telur
Induk (x)
Anak  (y)
56.61
51.74
59.58
40.34
61.73
46.52
66.12
46.45
60.45
64.15
55.41
60.57
40.15
59.92
x = 57.15
y = 52.81
Tabel 3. Data pengukuran lingkar telur
Induk (x)
Anak (y)
13.9
13
13.5
12.6
14.13
12.9
14
12.7
13.5
13.9
13.14
13
14.5
13.8
x = 13.84
y = 13.12
Tabel 4.  Data perhitungan nilai heritabilitas untuk penimbangan berat telur

X
y
x1-x
y1-y
(x1-x) (y1-y)
(x-x)2
56.61
51.74
-0.54
-1.07
0.58
0.29
59.58
40.34
2.45
-12.47
-30.56
6.00
61.73
46.52
4.58
-6.29
-28.81
20.97
66.12
46.45
8.97
-6.38
-57.23
80.46
60.45
64.15
3.3
11.34
-37.43
10.89
55.41
60.57
-1.74
7.76
-13.51
3.02
40.15
59.92
-17
7.11
-120.57
2.89
X = 57.15
Y = 52.81


-30.42
68.43

Table 5. Data perhitungan nilai hertabilitas untuk pengukuran berat telur
X
Y
x1-x
y1-y
(x1-x) (y1-y)
(x-x)2
13.9
13.0
0.06
-0.12
-0.01
0.02
13.5
12.6
-0.34
-0.52
0.18
0.11
14.13
12.9
0.29
-0.22
-0.07
0.08
14
12.7
0.16
-0.42
-0.07
0.02
13.5
13.9
-0.34
0.78
-0.27
0.11
13.4
13
-0.44
-0.12
0.06
0.19
14.5
13.8
0.66
0.68
0.45
0.43
X = 13.84
Y = 13.12


-30.42
0.14
B.     Pembahasan 
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa jenis telur yang digunakan dalam praktikum adalah telur ayam. Telur ayam yang digunakan adalah telur ayam yang tidak bertunas. Komponen telur terdiri atas cangkang, putih telur dan membran telur, hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004), bahwa jenis telur ada dua yaitu telur bertunas yaitu telur  yang dihasilkan oleh induk yang tidak ada pejantannya dan telur yang tidak bertunas yaitu telur yang dihasilkan oleh induk yang tidak ada pejantannya. Ditambahkan oleh Agromedia Pustaka (2001), bahwa komponen penyusun telur adalah cangkang atau kulit telur, membran, putih telur, membran kuning telur yang membungkus telur dan kuning telur terdiri dari bagian kental dan encer.

Berdasarkan hasil pengamatan dari 14 butir telur ayam didapatkan tiga warna telur ayam yang berbeda yaitu coklat, coklat muda, dan coklat tua. Hasil perhitungan persentase warna telur diketahui warna yang paling dominan yaitu warna coklat muda dengan persentase 40%. Persentase telur warna coklat 38% dan telur warna coklat tua dengan persentase paling kecil sebesar 22%, hal tersebut menunjukkan variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya masing-masing, hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna, et. al. (2005) bahwa kerabang telur sebagian besar berwarna putih atau beragam kecoklatan. Beberapa ayam menghasilkan telur dengan warna kerabang coklat gelap, sedangkan yang lainnya bervariasi keputihan. Pigmen coklat pada kerabang telur adalah porhpyrin, secara yang secara merata disebarkan ke seluruh kerabang telur ayam ras. Pendapat Sudaryani (1996), menambahkan bahwa telur ayam ras, kulitnya ada yang berwarna coklat dan ada yang berwarna putih.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai heritabilitas sebesar 0,76 untuk berat telur  sedangkan nilai heritabilitas untuk pengukuran lingkar telur diperoleh 0,42.  Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa telur tersebut memiliki nilai heritabilitas yang tinggi dan masih dalam keadaan normal, hal ini sesuai dengan pendapat Kurnianto (2009) yang mengatakan bahwa nilai heritabilitas berselang  antara 0-1, nilai hertabilitas mendekati satu menunjukkan bahwa suatu sifat memberikan respon yang lebih baik terhadap perlakuan seleksi, hal ini dipertegas dengan pendapat Noor (1996) yang mengatakan bahwa nilai hertabilitas dapat digolongan menjadi 3 golongan, yaitu nilai heritabilitas suatu sifat dikatakan rendah jika berada antara 0-0,02. Sedang antara 0,2-0,4. Tinggi untuk nilai lebih dari 0,4 sifat  yang memiliki heritabilitas tinggi adalah yang berhubungan dengan fertilitas misalnya daya tetas telur
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka kami dapat  menarik suatu kesimpulan  sebagai berikut :
1.      Bahwa nilai heritabilitas dan kolerasi genetik pada telur adalah pada berat
telur ayam 0,76 sedangkan pada indeks atau lingkar yaitu 0,42.
2.      Bahwa jenis telur yang digunakan adalah telur ayam yang memiliki berat dan bentuk yang normal. Telur ayam yang digunakan dalam praktikum ini memiliki persentase warna yang terbesar adalah telur dengan warna coklat muda.
B.     Saran
Sebaiknya dalam pengukuran dan penimbangan telur dilakukan secara teliti dan hati-hati agar tidak terjadi kesalah dalam melakukan pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Laporan praktikum Heritabilitas. http://adifirman.wordpress.com/analisisheritabilitaspolaregresi. (Diakses Pada 21 Juni 2012).
Anonim, 2012. Penentuan Nilai heritabilitas. http://wiradana-syaoran.blogspot.com/.
(Diakses Pada 21 Juni 2012).
Anonim, 2012. Heritabilitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Heritabilitas. (Diakses Pada 21 Juni     2012).
Anonim, 2010. Ilmu Pemuliaan Ternak . http://mantanpreman.wordpress/. (Diakses
Pada 21 Juni 2012).
Dwiyanto, K. 2009. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati. Garaha Ilmu.Yogyakarta.
Fitriansyah, Bagus. 2012. Ilmu Pemuliaan Ternak.
Hintono, A. 1995. Dasar-dasar Ilmu Telur. Universitas Diponegoro Press.
Semarang.
Kurnianto, Edy. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha ilmu. Yogyakarta.
Noor, R.R. 2004. Genetika Ternak. Penebar swadaya. Jakarta.
Pai, Anna C. 1985. Dasar – Dasar Genetika. Erlangga. Jakarta.
Rusfidra. 2012. Manfaat Heritabilitas Dalam Pemuliaan ternak.
http://rusfidra.multiply.com/journal/Heritabilitas. (Diakses Pada 21 Juni 2012).
Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Dosen. 2012. Penuntun Praktikum Genetika Dan Pemuliaan Ternak.
Universitas  Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar